Senin, 10 Februari 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Memang tidak ada yang secara jelas mengatakan
pengertian dari bayi sehat, namun lebih ditekankan lagi bahwa masa pada bayi
merupakan masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam
masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. Bayi pada masanya akan
di bilang sehat apabila, bayi tersebut oleh bidan atau petugas kesehatan
lainnya memantau pertumbuhan yang sangat pesat pada periodenya. Tidak terlepas
dari orang tuanya, karena seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya.
Sebagai bidan atau petugas kesehatan pada awal
kelahiran sudah harus mampu untuk mengenali tanda – tanda bayi lahir dengan
komplikasi atau tanpa komplikasi dengan menilai APGAR pada saat menit pertama
kelahiran dan mampu memberikan asuhan untuk bayi baru lahir dengan tepat dan
benar sehingga kehangtan bayi tetap terjaga serta menumbuhkan bounding
attachment antara ibu dengan bayi melalui kontak kulit dengan kulit
setelah itu baru petugas kesehatan yaitu bidan.
Bayi dalam hal ini membutuhkan pemeliharaannya dalam keberlangsungan hidupnya
yaitu; mendapat ASI Ekslusif 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan
pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola
asuh yang sesuai. Maka dari itu bayi dikatakan sehat apabila dalam proses
pemeliharaannya berjalan sesuai dengan pertumbuhannya.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud dengan asuhan BBL dan neonatus itu.?
2.
Kapan jadwal
kunjungan BBL itu dilakukan ?
3.
Apa saja
manajemen pada BBL dan neonatus itu ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI
Ø Adalah asuhan yang diberikan pada
bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang
baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan (Bari Syaifuddin,Abdul :2002).
Ø Penanganan dilakukan sejak kepala
mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta
cairan yang berada disekitar mulut dan hidung dengan kapas dan kain kasa
steril. Bayi sehat akan menangis dalam 30 detik, Tidak perlu dilakukan apa-apa
lagi, karena bayi sudah bernafas spontan dan warna kulitnya kemerah-merahan.
(Bari Syaifuddin,Abdul : 2006).
2.2
TUJUAN BIDAN MEMBERIKAN ASUHAN PADA BBL DAN NEONATUS
1. Mengidentifikasi gejala penyakit.
2. Menawarkan tindakan skrining
metabolic.
3. Memberikan KIE kepada orang tua.
4. Hendaknya di poliklinik anak
disediakan ruang tunggu khusus, agar bayi terlindung dari anak – anak yang
sakit.
5. Institusi pelayanan kesehatan harus
mengusahakan orang tua bisa ikut ke ruangan periksa pada saat anak menjalani
pemeriksaan.
6. Jika orang tua setuju, maka perlu
dilakukan skrining metabolic. Apabila sebelumnya, belum dilakukan untuk
mengetahui adanya Hipotiroid Kongenital dan kadar penilketonuria serta penyakit
metabolic.
7. Bidan harus bisa menyiapkan specimen
darah yang dibutuhkan, biasanya diambil dari daerah tumit bayi. Pemeriksaan ini
akan akurat jika dilakukan minimal 24 jam setelah bayi mendapatkan nutrisi.
8. Bidan harus mempunyai perencanaan
untuk melakukan kunjungan Bayi Baru Lahir meliputi mengkaji ulang riwayat ibu,
riwayat persalinan dan tindakan segera pada bayi.
9. Bidan harus mengkaji riwayat atau
masalah pada pemenuhan nutrisi bayi, perhatian, usaha menangis, BAB, BAK dll.
10. Pada saat melakukan kunjungan ulang,
harus melakukan pemriksaan fisik, memberikan penyuluhan dan anticipatory
guidance pada orang tua.
11. Bidan harus membuat kunjungan dalam
6-8 minggu untuk imunisasi dan check-up serta harus melakukan pengkajian fisik
kembali jika ditemukan kondisi emergency yang memerluakan perawatan dari dokter
spesialis anak.
2.3
JADWAL KUNJUNGAN
1. Jadwal kunjungan bidan
a. 24 jam setelah pulang
awal
1. Timbang berat badan bayi. Bandingkan
berat badan denganberat badan lahir dan berat badan pada saat pulang.
2. Jaga selalu kehangatan bayi.
3. Komunikasikan kepada orangtua bayi
bagaimana caranyamerawat tali pusat, agar tidak mengalami infeksi
b. 1 minggu setelah pulang
1. Timbang berat badabn bayi. Bandingkan dengan berat badansaat ini dengan
berat badan saat bayi lahir. Catat penurunandan penambahan ulang BB bayi.
2. Perhatikan intake dan output bayi
baru lahir.
3. Lihat keadaan suhu tubuh bayi
4. Kaji keadekuaatan suplai ASI
c. 4 minggu setelah kelahiran
1. Ukur tinggi dan berat badan bayi dan
bandingkan denganpengukuran pada kelahiran dan pada kunjungan umur 1 minggu
apakah mengalami pertambahan
2. Perhatikan intake dan output
bayi baru lahir.
3. Perhatikan nutrisi bayi apakah
tercukupi serta kaji apakah bayi menyusui secara adekuat.
4. Perhatikan keadaan penyakit pada
bayi.
2. Tatalaksana Kunjungan awal petugas
puskesmas/bidan :
1. Petugas pusskesmas/bidan hendaknya
menjalankan kunjungan rumah tiap hari bagi tiap bayi yang dilahirkan dirumah,
bila mungkin selama satu minggu pertama sesudah lahir untuk memantau keadaan
vital bayi serta menilai APGAR.
2. Kartu anak harus diisi lengkap dan
kelahiran bayi harus di daftar sebagai lahir atau dibawa ke puskesmas/BPS
setempat.
3. Bidan hendaknya meneliti apakah
petugas yang melayani persalinansudah memberikan perhatian terhadap semua
hal.Suatu bentuk kepedulian tenaga kesehatan Untuk pemeliharaan bayi
3. Tatalaksan kunjungan lanjutan petugas puskesmas/Bidan
Bila bayi dilahirkan dirumah, hendaknya sedapat
mungkin bidan
mengadakan
kunjungan kerumah setiap hari sampai tali pusat lepas, kemudian tiap dua hari hingga hari ke
sepuluh.
a. Pada tiap kunjungan rumah :
1) Periksalah kemungkinan
infeksi mata.
2) Periksa tali pusat
3) Bla
kain kasa melekat, rendamlah dengan larutan antiseptik dan lepaskan dengan
hati-hati.
4) Bersihkan pusat dengan
alkohol
5) Berilah perban kering
6) Periksalah alat kelaamin
dengan keberssihannya
7) Amatilah bahwa tinja normal.
2.3 MANAJEMEN PADA BBL DAN NEONATUS
A. MENILAI APGAR SCORE BBL
Managemen segera setelah lahir yaitu
membersihkan lendir dan benda-benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan
bayi dengan alat penghisap, bayi akan segera bernafas
sendirl.
Tali pusat dijepit pada dua tempat
dan dipotong diantaranya. Bayi kemudian dikeringkan dan dibaringkan diatas
selimut hangat yang steril atau di atas perut ibunya.
Kondisl bayi secara keseluruhan di nilai pada menit
partarna dan 5 menit setelah kelahiran dengan menggunakan Apgar . Skor
Apgar adalah penilaian bayi baru lahir yang didasarkan pada:
1. Warna kulit bayi (merah muda atau biru)
2. Denyut jantung
3. Pernafasan
4. Respon bayi
5. Ketegangan otot (lemah atau aktif).
Menjaga kehangatan bayi baru lahir
adalah suatu hal yang sangat panting. Sesegera mungkin bayi diberi
baju dari bahan yang nyaman, dibedong dan kepalanya ditutup untuk mengurangi
kehilangan panas tubuh.
Diberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik
untuk perlindungan terhadap Infeksi akibat kontak dengan organisme berbahaya
selama persalinan.
Selelah dipindahkan ke ruang
perawatan, bayi ditempatkan dalam tempat tidur bayi yang kecil dalam posisi
miring dan menjaganya tetap hangat. Menidurkan bayi dalam posisi miring akan
mencegah penyumbatan saluran pernafasan oleh cairan atau lendir yang bisa
menghalangi pernafasan.
Karena semua bayi baru lahir memiliki Seclikit jumlah
vitamin K. berikan suntikan vitamin K untuk mencegah perdarahan (penyakit
perdarahan pada bayi baru lahir).
Sekitar 6 jam atau lebih setelah
lahir, bayi dimandikan bersihkan bahan putih berminyak (verniks kaseosa) yang
menutupi hampir seluruh kulit bayi baru lahir, karena bahan ini membantu
melindungi terhadap, Infeksi.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Bidan didorong untuk mengembangkan
sistem pengakajian fisik dan mempraktikan secara konsisten untuk mencagah
terjadinya kelalaian , urutan komponen pengakajian harus bergantung pada
perilaku dan kenyamanan bayi .Lakukan perneriksain fisik secara menyeluruh
dalam 12 jam pertama setelah bayi lahir. Pemeriksaan dimulai dengan serangkaian
pengukuran seperti:
1. Menimbang berat badan, rata-rata bayi baru lahir
beratnya adalah 3.5 kg
2. Mengukur panjang badan, rata-rata panjang
bayi baru lahir adalah 50 cm
3. Mengukur lingkar kepala.
Selanjutnya menilai kulit, kepala dan wajah, jantung
dan paru-paru, sistem
saraf, perut dan alat kelamin bayi.
Kulit biasanya kemerahan, walaupun jari-jari tangan
dan jari-jari kaki nampak agak kebiruan karena sirkulasi darah yang kurang baik
dalam jam-jam pertama kehidupan bayi baru lahir.
Perlksa adanya kelainan pada
saraf-saraf dan menguji refleks bayi.
· Refleks
penting pada bayi baru lahir adalah refleks Moro, refleks mencucur dan refleks
menghisap:
a. Refleks
Moro : bila bayi baru lahir dikejutkan, tangan dan kakinya akan terentang ke
depan tubuhnya seperti mencari pegangan, dengan jari-jari terbuka.
b. Refleks
Mencucur : bila salah satu sudut mulut bayi disentuh, bayi akan memalingkan
kepalanya ke sisi tersebut.Refleks ini membantu bayi baru lahir
untuk menemukan putting.
c. Refleks
Manghisap : bila suatu benda diletakkan dalam mulut bayi, maka bayi akan segara
menghisapnya.
Pemeriksaan alat kelamin pada anak laki-laki salah
satunya untuk memastikan bahwa kedua buah pelirnya lengkap dalam kantong buah
zakar. Meskipun jarang dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada bayi baru lahir,
buah pelir bisa terpelintir (torsio testis), yang perlu diatasi dengan tindakan
pembedehan darurat pada bayi perempuan, bibir vaginanya mononjol.
Pemeriksaan Awal
a) Nilai kondisi bayi :
• Apakah bayi menangis kuat/bernafas
tanpa kesulitan?
• Apakah bayi bergerak dengan
aktif/lemas?
• Apakah warna merah muda,
pucat/biru?
Apgar score merupakan alat untuk
mengkaji bayi sesaat setelah
lahir meliputi 5 variabel yaitu
pernapasan, frekuensi jantung, warna
kulit, tonus otot & intabilitas
reflek. Apgar score ditemukan oleh
virginia apgar (1950).
b) Jenis kelamin
c) Kelainan kongentital
Tatalaksana Pemeriksaan awal
A.
Membersihkan
jalan nafas
1. Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan
bayi dengan handuk di atas perut ibu
2. Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan
kain bersih dan
kering/ kassa
3. Periksa ulang pernafasan
4. Bayi akan segera menagis dalam waktu 30 detik
pertama setelah lahir.
B. Jika
tidak dapat menangis spontan dilakukan :
1) Letakkkan
bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
2) Gulung
sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher
bayi ekstensi.
3) Bersihkan
hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kassa steril.
4) Tepuk
telapak kaki by sebanyak 2-3x / gosok kulit bayi dengan
kain kering
dan kasar.
C. Perawatan
tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi
ibu stabil, ikat atau jepit tali
pusat.Caranya :
1) Celupkan tangan yang masih
menggunakan sarung tangan ke dalam
klorin 0,5% untuk membersihkan darah
& sekresi tubuh lainnya.
2) bilas tangan dengan air
matang /DTT
3) keringkan tangan (bersarung
tangan)
4) letakkan bayi yang
terbungkus diatas permukaan yang bersih dan
hangat.
5) Ikat ujung tali pusat
sekitar 1 cm dari pusat dengan menggunakan
benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan
benang sekeliling ujung tali pusat & lakukan pengikatan kedua dengan simpul
kunci dibagian TP pdsisi yang berlawanan, Lepaskan klem penjepit & letakkan
di dalam larutan klorin 0,5%
D. Mempertahankan
suhu tubuh, Dengan cara :
· Keringkan
bayi secara seksama
· Selimuti
bayi dengan selimut/kain bersih, kering 8 hangat
· Tutup
bagian kepala bayi
· Anjurkan
ibu untuk memeluk 8 menyusukan bayinya
· Lakukan
penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
· Tempatkan
bayi di lingkungan yang hangat
E. Pencegahan infeksi
1) Memberikan obat tetes
mata/salep
2) diberikan 1 jam pertama bayi
lahir ryaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
3) Yang biasa dipakai adalah
larutan perak nitrat/ neosporin 8
a. langsung
diteteskan pd mata bayi segera setelah bayi lahir.
b. BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu
diperhatikan hal-hal dalam perawatannya.
·
Cuci tangan
sebelum 8 dan setelah kontak dengan bayi.
·
Pakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang blmDimandikan
·
Pastikan
semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika menggunakan
bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih.
·
Pastikan
semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam
keadaan bersih.
·
Pastikan
timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda2 lainnya akan
bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan).
·
Lanjutkan
dengan Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran serta lakukan
pemantauan.
Pemeriksaan lengkap beberapa jam kemudian
a)
Semua bayi
harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian,
setelah
membiarkan bayi beberapa waktu untuk pulih karena kelahiran.Bayi secara
keseluruhan. Bayi normal berbaring dengan posisi fleksi (menekuk). la mungkin
meregang ataumenguap. Warnanya merah muda. la menangis. Pernapas-annya teratur.
la memberikan respon terkejut yang normal, jika tiba-tiba diberi sentakan (ia
akan melemparkanangannya ke arah depan luar seperti hendak meraih seseorang).
Ini disebut refleks Moro.
b) Kepala
·
Ukurlah
lingkar kepala. Ukuran kepala yang tidak normal besarnya
disebut hidrosefalus. Ukuran kepala yang terlalukecil disebut
mikrosefalus. Lingkar kepala rata-rata adalah33 cm.
·
Rabalah
fontanela anterior – seharusnya tidak menonjol(membengkak).
·
Lihatlah
adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau celah palatum.
c) Punggung.
Spina bifida
merupakan kelainan tulang belakang pada bayi. Tidak didapatkan tulang dan
kadang-kadang tidak ada kulit yang menutupi sumsum tulang belakang bayi.
d) Anus.
Periksalah
apakah anus terbuka dan mekonium dapat keluar. Ini untuk meyakinkan tidak
adanya anus imper-forata.
e) Anggota tubuh
Asuhan bayi baru lahir adalah
asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir
selama satu
jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha
pernafasan spontan dengan sedikit bantuan/gangguan
oleh karena itu penting diperhatikan
dalam memberikan asuhan SEGERA,
yaitu jaga bayi tetap kering &
hangat, kotak antara kulit bayi dengan kulit
ibu sesegera mungkin.
Ø PERAWATAN IMEDIAT PADA BAYI BARU
LAHIR
Dengan memahami tentang perubahan
fisiologis yang tejadi pada bayi baru lahir , rasional terhadap perawatan dapat
dimungkinkan. Praktisi harus menghindari menggagalkan keberhasilan upaya bayi
baru lahir itu sendiri untuk beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin
Tujuan perawatan adalah mendukung
transisi , mencegah komplikasi potensial, mengidentifikasi abnormalitas , dan
melakukan intervensi bila perlu. Kondisi bayi dikaji dengan segera melalui
observasi warna, tonus, dan upaya pernapasan. Meskipun pengisapan segera
setelah kelahiran adalah praktik umum, pembersihan sekresi sederhana dari wajah
bayi sama efektifnya .
keuntungan
potensial dari pengisapan adalah mengurangi aspirasi sekresi dan mengurangi
kesempatan infeksi pada saluran pernapasan. Namun kerugiannya meliputi aritmia
jantung, spasme laring, dan vasospasme arteri pulmonal. Pernapasan normalnya
mulai secara spontan. Bila tidak , penggosokan perlahan punggung bayi terutama
efektif dalam merangsang pernapasan bayi dengan warna dan tonus baik
Pengeringan bayi yang segera dan
mempertahankan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya membantu termoregulasi .
riset menunjukkan bahwa kontak kulit dipilih untuk mempertahankan lingkungan
termal netral bagi bayi baru lahir yang normal. Bayi yang ditempatkan dalam
kontak kulit dengan kulit dengan ibunya mempunyai suhu rektal lebing tinggi 45
menit pertama setelah lahir bila dibandingkan dengan mereka yang mengalami
periode awal dibawah alat penghangat .
Selimut basah harus diganti segera
dengan selimut kering, aliran udara harus dihilangkan dan kepala bayi harus
tetap ditutup. Permukaan apapun yang kontak dengan bayi harus yang
hangat.Bidan harus terus melakukan pengkajian dengan melakukan penilaian APGAR,
pemeriksaan fisik, dan penentuan gestasi.mereka harus mengkaji setiap bayi
dengan nilai APGAR , pada menit 1 dan 5 sampai 2 untuk setiap kategori berikut
: warna, tonus otot, upaya pernapasan, frekuensi jantung, dan kepekaan refleks,
Niai APGAR menit 1 digunakan untuk membutuhkan kebutuhan resusitasi .
Ø PERAWATAN LANJUTAN PADA BBL
1. Status perilaku bayi
Perawatan lanjutan di Dasar kan pada
pemahaman tentang perubahan neurobehavioral yang terjadi pada bayi baru
lahir.Desmond ,rudolph dan phitakshraiwan (1966) adalah yang pertama kali
menggambarkan transisi neorobehavioral neonatus.bayi baru lahir yang
normal dan tidak disedasi mengalami suatu periode reaktifitas segera setelah
lahir yang berakhir kira-kira 30 menit.mata bayi terbuka,dan ia sadar
.frekuensi jantung dan pernafasan sedikit meningkat.warna bayi bervariasi
.mungkin ada mukus,rales,dan renti.bayi mudah terkejut dan mungkin mengalani
remor transier.setelah fase awal kreatifitas,bayi memasuki periode tidur dan
responsif .
Fase kedua ini mungkin berakhir dari
20 menit sampai 2 jam.frekuensi jantung menurun,dan murmur sistolik sering
terdengar .fase ketiga yang berakhir dari 2-6 jam setelah kelahiran
,dikarakteristikkan oleh kreatifitas.bayi sadar dan responsif.riset terakhir
dan albert(1996) menunjukkan sifat kritis periode pertama reaktifitas.stimuli
multiple berdampak pada bayi sebelum dan sesudah kelahiran-stimulasi
proprioseptif dari gerakan maternal,stimulasi taktil selama kelahiran,dan
stimulasi lingkungan setelah kelahiran (udara dingin,sumbatan tali pusat).
Dalam responnya bayi manusia
mempunyai dorongan katekolamin dan status peningkatan stimulasi.penulis
menegaskan bahwa kesadaran ini memainkan peran dalam membantu transisi pada
kehidupan ekstrauterindengan mengakibatkan perilaku khusus yang perlu untuk
bertahan hidup atau sintasan (survival).misalnya stimulasi taktil terutama
dikaitkan dengan produksi dan katekolamin,yang pada gilirannya dikaitkan dengan
awaitan pernafasan.status bangun juga memudahkan pembelajaran awal yang
dilaitkan dengan makan .telah ditunjukkan bahwa bayi baru lahir ditempatkan
diantara payudara ibu selama fase pertama reaktifitas akan melokalisasi puting
tanpa bantuan.
2. Memulai menyusui
Memulai menyusui selama fase pertama
reaktifitas mengoptimalkan kesempatan keberhasilan .selama tahap kedua
tidurtidak responsif ,upaya menyusui air susu ibu (ASI) mungkin akan gagal
,yang akan menurunkan kepercayaan diri ibu.selanjutnya meyusui dini menurunkan
resiko hipoglikemia neonatus yang dapat terjadi selama nadir fisiologis gula
darah 1 sampai 1,5 jam setelah lahir .keterlambatan memulai menyusui dikaitkan
dengan peningkatan suplementasi dan periode pendek menyusui ASI
9hossain et al,1995)ibu yang mulai menyusui ASI dalam 2 jam setelah lahir
sangat mungkin untuk menyusui ASI ekslusif selama 11 minggu pertama
kehidupan bayi. Ibu yang menyusui dalam jam pertama setelah kelahiran menyusui
ASI dipertimbangkan lebih lama dari ibu yang menunda memulai menyusui ASI .
percobaan lain secara konsisten melaporkan menyusui ASI lebih tinggi angkanya
pada 13 bulan pada wanita yang diizikan untuk melakukan kontak ekstra dini
dengan bayi mereka
Bayi yang normal lahir dengan reflek
rooting dan menghisap utuh, mereka mampu mengkoordinasi isapan dan menelan.
Kuatnya isapan diikuti dengan penghentiaan singkat untuk menelan, bayi yang
hrus belajar untuk menghisap cukup lama untuk merangsang aliran susu dan proses
ejeksi pada ibu, penolong kelahiran dapat membantu ibu untuk memposisikan bayi
nya dengan cara yang meningkatakan upaya menyusui ASI. Penting untuk
mengajarkan ibu tentang reflek rooting.
Bila sudut mulut ditekan bayi akan
memalingkan kepala kearah tersebut dan membuka mulutnya lebar. Ketika atap
rongga mulut bayi bersentuhan dengan puting, bayi akan menghisap. Ketika bayi
telah mencakup seluruh areola dan puting, penting untuk tidak menekan pipi
karena ini dapat menyebabkan kembali reflek rooting dan bayi akan kehilangan cakupan
mulutnya terhadap puting. Penting untuk mengajarkan ibu bahwa memerlukan waktu
untuk mempelajari menyusui yang tepat dan berhasil. Selain itu ibu salah
meninterpretasikan proses belajar normal sebagai masalah menyusui ASI
3. Ikatan orang tua – bayi (bounding attachement)
Periode pertama reaktivitas juga
penting untuk perkembangan hubungan orang tua – anak. Riset menunjukkan bahwa
kontak ekstra awal antara ibu dan bayi secara positif mempengaruhi hubungan
tersebut. Klaus dan Kennell adalah yang petama kali mempopulerkan gagasan
tentang periode sensitif segera setelah lahir. Mereka menemukan bahwa ibu yang
mempunyai kontak yang ekstra dengan bayi mereka setelah lahir menunjukkan
perilaku lebih afeksi dan mengekspresikan perhatian lebih pada bayi mereka pada
bulan pertama.
Kontak awal ektra dikaitkan dengan
perhatian lebih oleh ibu selama pengkajian, pengkajian fisik terstandartrisasi
pada tahun pertama, dan ibu dengan dukungan sosial buruk yang mengalami kontak
awal dengan bayi mereka menunjukkan perilaku afeksi meningkat. Kontak bayi dan
ibu awal juga dikaitkan dengan penurunan penganiayaan , pengabaian anak dan
kegagalan untuk bertumbuh. Sebaliknya banyak peneliti mencatat pelaku kurang
afeksi, perasaan tidak mampu dan kurang percaya diri pada ibu yang mereka
teliti mengalami kontak awal terbatas dengan bayi mereka. Karenanya penting
untuk memberi perawatan awal pada bayi tanpa memisahkannya dari ibu
, atau yang sering dikatakan untuk melakukan rawat gabung agar perasaan kasih
sayang timbul dan semakin mempererat jalinan kasih antara ibu dengan bayinya ,
secara tidak langsung kita mengurangi angka kejadian depresi post partum blues,
atau perasaan ibu yang tidak percaya bahwa dia sudah memiliki anak. Ketika
dilakukan rawat gabung ibu juga bisa belajar merawat bayinya dan terus menyusui
bayinya sehingga ASI EKSKLUSIF dapat terlaksana dengan baik sampai 6 bulan
kedepan.
4. Tanda vital , berat badan Medikasi
Pengkajian terus menerus terhadap
transisi fisiologis, pada kehidupan ekstrauterin penting riset masih kurang
mengenai frekuensi normal untuk mengukur tanda vital, tindakkan pertama
dilakukan dalam 30 menit pertama sementara bayi masih diatas abdomen ibu.
Setelahnya tanda vital diukur pada sedikitnya setiap 30 menit sampai neonatus
stabil selama 2 jam, bila setelah stabil, mereka mengukur nya setiap 4 – 8 jam.
Warna tonus otot dan upaya penafasan bayi dikaji pada waktu yang
sama, praktisi harus mengukur berat badan kelahiran dengan akurat, memberi
medikasi bayi baru lahir dan melakukan pengkajian seksama terhadap bayi.
Ketepatan waktu penting menyusui dan
mendekatkan pada ibu adalah prioritas pertama pada bayi sehat dan tidak boleh
diganggu demi kenyamanan pemberian perawatan.berat badan bayi yang akurat
penting karena ini membantu untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
potensial,memberi perbandingan untuk pengkajian selanjutnya terhadap bayi,dan
membimbing pemberi perawatan dalam menghitung dosis medikasi yang tepat untuk
bayi baru lahir.penimbangan berat badan dapat ditunda sampai setelah
pemberian ASI pertama pada bayi cukup bulan normal yang tampak secara nyata
bergizi baik .
Bayi yang ada dibawah persentil
kesepuluh untuk kelompok cohor mereka diklasifikasikan kecil untuk usia gestasi
.bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram diklasifikasikan sebagai berat
badan rendah ,dan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 g
dipertimbangkan berat badan sangat rendah.bayi yang berada diatas persentil ke
90 diklasifikasikan sebagai besar untuk usia gestasi.baik LGA dan SGA merupakan
resiko untuk masalah neonatus tertentu dan perlu pemantauan lebih ketat .
5. Pemberian
Vitamin k
Sudah menjadi standar praktik untuk
memberi vitamin k selama 2 jam pertama kehidupan bayi untuk mencegah penyakit
hemoragik bayi baru lahir .vitamin k adalah kofaktor dalam koagulasi dan
diproduksi oleh bakteri dalam usus .sampai kolonisasi usus sempurna ,bayi
berisiko mengalami perdarahan .karena terdapat vitamin k dalam ASI.dari pada
formula, bayi menyusu ASI lebih mungkin terinfeksi .
6. Pemberian
Profilaksis oftalmia neonatal
Pemberian agens untuk mencegah
oftalmia neonatorum adalah praktik standar, meskipun percobaan terkontrol masih
kurang untuk mendukung pengobatanprofilaktik pada observasi klinis dan
pengobatan yang di dasarkan pada simtomatologi.penetesan salep eritromisin 0,5%
sebanyak ½ inci pada setiap mata 1 sampai 2 jam setelah kelahiran, adalah
praktik paling umum karena ini efektif untuk prngobatan baik klamidia dan
gonore. Infeksi dapat juga disebabkan oleh haemophilus influenzae,
stophylococcus aureus, esherichia coli, dan pseudomonas (Nsanze et al., 1996;
Gao, 1993).
Penelitian yang mengevaluasi
keefektifan profilaksis menggunakan povidon iodin, nitrat perak 1% salep
eritromisin, dan salep tetrasiklin telah gagal memberi bukti bahwa salah
satu metode tertentu lebih baik dari yang lain ( chen, 1992; isenberg, Apt, dan
wood, 1995). Temuan menunjukkan bahwa penelitian lanjut diperlikan mengenai
epidemiologi oftalmia noenatus di berbagai tempat geografis yang berbeda dan
keefektifan agens yang berbeda dalam mencegah infeksi. Profilaksis mata harus
ditunda sampai sampai setelah periode reaktivitas pertama ketika neonatus sadar
dan merasakan stimuli visual di sekitarnya.
7. Pemberian
makanan
Bayi normal memiliki refleks mencucur dan refieks
menghisap yang aktif, dan dapat segera mulai makan setelah lahir. Jika bayi
tidak disusui oleh ibunya di ruang persalinan, pemberian makan biasannya dimulai dalam 4 jam
setelah kelahiran.
Meludah dan memuntahkan lendir adalah hal yang biasa
terjadi pada hari pertama. Bayi baru lahir akan berkernih sabanyak 6-8 kali
sehari. Mereka juga buang air besar setiap hari. menangis keras, keadaan
kulitnya bagus dan mempunyai refleks menghisap yang kuat. Semua ciri-ciri ini
menandakan bahwa bayi mendapat cukup ASI atau susu formula( jika ada indikasi
untuk tidak menyusui langsung kepada ibunya) . Penambahan berat badan akan
memperkuat hal tersebut.
Ø .PENGKAJIAN NEONATUS AWAL
Pengkajian neonatus awal meliputi
riwayat, pemeriksaan fisik, dan pengkajian usia gestasi. Pemeriksaan normalnya
ditunda selama fase reaktifitas pertama karena mempengaruhi menyusu dan
kedekatan serta menyebabkan keletihan dan stres yang tidak perlu. Bayi mungkin
secara relatif tidak respon selama fase reaktifitas kedua.karenanya pengkajian
paling baik dilakukan pada fase ketiga ,ketika bayi tenang dan terbangun.
Penting untuk meninjau ulang cacatan
medis ibu dan bayi dan mewawancarai pemberi perawtan untuk mendapatkan riwayat
yang kompleks .kategori meliputi riwayat keluarga ibu dan ayah ,riwayat
obstetri yang lalu ,riwayat gestasi bayi,dan pengkajian sosial serta komunitas
,riwayat persalinan dan kelahiran dan riwayat neonatus.
1) Riwayat
keluarga
Riwayat keluarga harus didapat pada
prenatal dan ditinjau ulang pada saat pengkajian bayi baru lahir.
2) Riwayat
obstetri terdahulu
Riwayat obstetri ibu masa lalu
mengenai usia,jenis kelamin dan jumlah saudara kandung harus ditinjau ulang
.kumpulan keluarga mempunyai dampak pada penyesuaian keluarga.riwayat anomali
kongenital,ikterik,atau mordibitas /mortalitas perinatal lain harus dicatat
karena beberapa kondisi meningkatkan resiko bayi ini untuk juga mengalami
komplikasi tersebut.
3) Riwayat
gestasi bayi terkini
Golongan darah ibu ,Rh ,dan
pemeriksaan antibodi harus diidentifikasi untuk mengaji risiko
penyakit hemolitik pada bayi,riwayat ibu tentang penyakit dalam atau infeksi
yang mungkin telah mengganggu janin harus diidentifikasi.
4) Pengkajian
lingkungan sosial
Lingkungan sosial dan kemampuan
menjadi orangtua sangat mempengaruhi kesehatan bayi baru lahir.penting untuk
memiliki pemahaman tentang konteks keluarga ketika bayi bergabung
pada keluarga tersbut .usia,bahasa,dan tingkat pendidikan ibu dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dengan pemberi
perawatannya.
Identifikasi tentang orang yang ia
pertimbangkan sebagai keluarga dan pendukungnya penting ketika mempertimbangkan
pengaruh budaya dan praktik melahirkan. Jumlah orang yang tinggal
dirumah,ukuran dan sifat hunian,dan hubungan orang terhadap ibu harus ditinjau
ulang,serta ketersediaan makanan,fasilitas memasak,serta ketersediaan
makanan,lemari pendingin,pemanas,air,listrik,fasilitas kamar mandi,dan
transportasi. Pengkajian rumah dan komunitas harus juga mengidentifikasi bahaya
atau potensi bahaya seperti kekerasan emosi,fisik,atau seksual. Adanya penyakit
mental atau penyalahgunaan zat dapat mempengaruhi adaptasi menjadi orang tua.
Idealnya, kunjungan rumah dilakukan untuk setiap keluarga selama periode
pascapartum.
PENUTUP
III
3.1 KESIMPULAN
Bayi yang dirawat sebaik mungkin
secara dini oleh petugas kesehatan maupun tidak terlepas dari orang tuanya,
akan berbeda dengan bayi yang dirawat begitu saja tanpa mlihat baik atau
buruknya perawatan tersebut. Orang tua akan senatiasa meluangkan waktunya untuk
merawat bayinya. Orang tua menginginkan bayinya sehat, tidak mengalami sakit
atau kelainan lainnya, orang tua berusah agar hal tersebut tidak terjadi pada
anaknya.
Maka dari itu keluarga berkolaborasi dengan bidan atau
petugas lainnya untuk merawat bayinya dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar bidan Myles/editor.Diane
M.faster.Margaret A.cooper.Ed.14.Jakarta:EGC 2009.
Hidayat Alimul, A.Aziz.2008. Asuhan Neonatus Bayi dan Belita
. Buku Praktikum Kebidanan.EGC. Jakarta
Wolfe, Mauren CNM. MSN.”buku ajar
kebidanan”.Jakarta:EGC 2010.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)